Assalamu'alaikum,
[Bali 3D2N]
Kami sekeluarga baru saja berwisata ke Pulau Bali pada tanggal 20, 21, dan 22 Oktober 2017. Salah satu agenda liburan kami adalah menonton pertunjukkan Tari Kecak. Kami menonton Tari Kecak yang diadakan di Pura Luhur Uluwatu, Desa Pecatu, Bali. Pertunjukkan berlangsung menjelang matahari terbenam. Dimulai sekitar pukul 17.00 WITA.
Tiket masuk kendaraan seharga 5 ribu rupiah dan harga tiket masuk (HTM) untuk menonton Tari Kecak adalah Rp 120.000,- per orang. Gavin masih dikenakan tiket masuk separuh harga orang dewasa, jadi hanya membayar Rp 60.000,- saja.
Setelah membeli tiket, melewati petugas pemeriksaan, lalu kami diberikan selendang berwarna oren untuk diikat di pinggang. Pertunjukkan sudah berlangsung beberapa saat ketika kami masuk ke podium. Suara "cak" "cak" "cak" segera menggema persis di depan kami karena kami masuk terakhir dan mendapat tempat di paling bawah, di belakang punggung para pemain.
Haru, takjub, merinding yang saya rasakan seketika. Seni drama dan tari "Kecak" adalah cerita tentang legenda Ramayana. Mengisahkan Dewi Sita yang terpisah dari Rama suaminya karena diculik oleh Rahwana. Ada sinopsis lengkap cerita yang terdapat di selembar kertas yang dibagikan kepada pengunjung.
Pertunjukkannya bagus sekali. Drama tari berjalan hanya dengan iringan suara latar dari puluhan pria yang bersuara "cak" "cak" "cak" tanpa menggunakan alat musik. Gemuruh dari perpaduan suara yang dihasilkan tersebut sangat memukau.
Tadinya saya kira yang ditampilkan hanya cerita wayang dari awal sampai akhir. Ternyata kami mendapatkan sebuah hiburan lengkap! Bermula dari drama tari, aksi akrobatik dan komedi oleh Hanoman serta sesi interaktif dengan pengunjung.
Baca juga: Tips Berwisata ke Jembatan Ampera Bersama Buah Hati
Pada babak di mana Hanoman muncul untuk menyelamatkan Dewi Sita, Hanoman datang ke podium dari atas gapura. Membuat penonton terkejut. Lalu ia melompat turun. Woww... para pengunjung langsung heboh melihat aksinya dan bertepuk tangan.
Hanoman masih terus beraksi sebelum melanjutkan adegan drama. Ia mendatangi beberapa pengunjung, mengajak berselfie serta mencarikan kutu. Hahaha....
Tak lama kemudian "setan merah" (wayang yang berkostum merah dan bermata belo) hadir sebagai pemandu acara. Ia memberikan sambutan setelah babak ketiga selesai (semuanya ada 4 babak). Menceritakan secara singkat alur drama Tari Kecak dan menyapa para pengunjung dengan humor yang sangat mengundang gelak tawa. Kemudian salah seorang penonton ditarik maju dan diajak berjoget bersama.
Pertunjukkan masih berlanjut dengan atraksi berikutnya yaitu saat Hanoman ditangkap oleh bala tentara Rahwana dan hendak dibakar hidup-hidup. Hanoman diikat dan ditahan di tengah-tengah kobaran api. Tetapi kemudian ia berhasil membebaskan diri serta dapat memadamkan bara api dengan kakinya. Akhir dari pertunjukkan, Dewi Sita berhasil diselamatkan.
Pementasan Tari Kecak berlangsung sekitar 1 jam. Dari suasana masih terang sampai hari sudah gelap. Matahari terbenam di tengah berlangsungnya pertunjukkan. Penontonnya full. Dari wisatawan lokal, Asia hingga Eropa. Semua berdecak kagum sepanjang acara.
Saya sempat khawatir dengan Gavin. Takutnya ia ketakutan lalu menangis atau tidak mau lanjut menonton waktu tokoh-tokoh wayang sudah mulai bermunculan. Karena penampakkannya memang serem-serem.
Alhamdulillah Gavin nggak takut. Malahan saya mendengar komentar lucu dari Gavin. Berbagai tokoh tarian disebut Gavin dengan "monster". Gavin bilang monsternya banyak. Ada yang monyet, beruang, anjing laut. Hehehe... Kalau saya sih nggak tau persis hewan apa saja yang menjadi tokoh jelmaan pada cerita. Itu celotehan Gavin saja.
Ohya... dari loket masuk ke podium tempat acara, kami berjalan agak jauh. Jalurnya menanjak dengan pemandangan dari atas tebing ke bawah laut sebelum sampai di lokasi. Kami sekeluarga lebih nyaman memakai sepatu ketika di sana. Kami pun melewati rimbunan pohon yang banyak monyet. Saya takut monyetnya nyamperin.
Pengunjung harus selalu waspada terhadap barang bawaan atau barang yang dikenaan seperti gelang dan jam tangan. Soalnya monyet-monyetnya memang dekat sekali, di samping kita berjalan. Anginnya kencang, jika membawa anak, ayahbunda sebaiknya membawakan jaket.
Hmm... pingin nonton lagii... Pertunjukkan spektakuler di tempat yang luar biasa. Alhamdulillah. See you again Bali.
Love,
deravee
[Bali 3D2N]
Kami sekeluarga baru saja berwisata ke Pulau Bali pada tanggal 20, 21, dan 22 Oktober 2017. Salah satu agenda liburan kami adalah menonton pertunjukkan Tari Kecak. Kami menonton Tari Kecak yang diadakan di Pura Luhur Uluwatu, Desa Pecatu, Bali. Pertunjukkan berlangsung menjelang matahari terbenam. Dimulai sekitar pukul 17.00 WITA.
Tiket masuk kendaraan seharga 5 ribu rupiah dan harga tiket masuk (HTM) untuk menonton Tari Kecak adalah Rp 120.000,- per orang. Gavin masih dikenakan tiket masuk separuh harga orang dewasa, jadi hanya membayar Rp 60.000,- saja.
Lokasi wisata di Uluwatu ini betul-betul menakjubkan. Di atas tebing karang tinggi di tepi laut. Pokoknya indah bangeet bangeet. Must visit place. Harus lihat sendiri. Saya tak sempat foto-foto suasana sekitar karena mengejar waktu ke tempat pertunjukkan yang sebentar lagi mulai.
Kusimpan rapi dalam ingatan memori indah panorama alam Uluwatu sore itu
Setelah membeli tiket, melewati petugas pemeriksaan, lalu kami diberikan selendang berwarna oren untuk diikat di pinggang. Pertunjukkan sudah berlangsung beberapa saat ketika kami masuk ke podium. Suara "cak" "cak" "cak" segera menggema persis di depan kami karena kami masuk terakhir dan mendapat tempat di paling bawah, di belakang punggung para pemain.
Haru, takjub, merinding yang saya rasakan seketika. Seni drama dan tari "Kecak" adalah cerita tentang legenda Ramayana. Mengisahkan Dewi Sita yang terpisah dari Rama suaminya karena diculik oleh Rahwana. Ada sinopsis lengkap cerita yang terdapat di selembar kertas yang dibagikan kepada pengunjung.
Pertunjukkannya bagus sekali. Drama tari berjalan hanya dengan iringan suara latar dari puluhan pria yang bersuara "cak" "cak" "cak" tanpa menggunakan alat musik. Gemuruh dari perpaduan suara yang dihasilkan tersebut sangat memukau.
Tadinya saya kira yang ditampilkan hanya cerita wayang dari awal sampai akhir. Ternyata kami mendapatkan sebuah hiburan lengkap! Bermula dari drama tari, aksi akrobatik dan komedi oleh Hanoman serta sesi interaktif dengan pengunjung.
Baca juga: Tips Berwisata ke Jembatan Ampera Bersama Buah Hati
Pada babak di mana Hanoman muncul untuk menyelamatkan Dewi Sita, Hanoman datang ke podium dari atas gapura. Membuat penonton terkejut. Lalu ia melompat turun. Woww... para pengunjung langsung heboh melihat aksinya dan bertepuk tangan.
Hanoman masih terus beraksi sebelum melanjutkan adegan drama. Ia mendatangi beberapa pengunjung, mengajak berselfie serta mencarikan kutu. Hahaha....
penontonnya ribuan |
Tak lama kemudian "setan merah" (wayang yang berkostum merah dan bermata belo) hadir sebagai pemandu acara. Ia memberikan sambutan setelah babak ketiga selesai (semuanya ada 4 babak). Menceritakan secara singkat alur drama Tari Kecak dan menyapa para pengunjung dengan humor yang sangat mengundang gelak tawa. Kemudian salah seorang penonton ditarik maju dan diajak berjoget bersama.
Pertunjukkan masih berlanjut dengan atraksi berikutnya yaitu saat Hanoman ditangkap oleh bala tentara Rahwana dan hendak dibakar hidup-hidup. Hanoman diikat dan ditahan di tengah-tengah kobaran api. Tetapi kemudian ia berhasil membebaskan diri serta dapat memadamkan bara api dengan kakinya. Akhir dari pertunjukkan, Dewi Sita berhasil diselamatkan.
Pementasan Tari Kecak berlangsung sekitar 1 jam. Dari suasana masih terang sampai hari sudah gelap. Matahari terbenam di tengah berlangsungnya pertunjukkan. Penontonnya full. Dari wisatawan lokal, Asia hingga Eropa. Semua berdecak kagum sepanjang acara.
Selesai pentas, para tokoh hadir ke podium dan pengunjung dipersilahkan untuk berfoto bersama |
Saya sempat khawatir dengan Gavin. Takutnya ia ketakutan lalu menangis atau tidak mau lanjut menonton waktu tokoh-tokoh wayang sudah mulai bermunculan. Karena penampakkannya memang serem-serem.
Alhamdulillah Gavin nggak takut. Malahan saya mendengar komentar lucu dari Gavin. Berbagai tokoh tarian disebut Gavin dengan "monster". Gavin bilang monsternya banyak. Ada yang monyet, beruang, anjing laut. Hehehe... Kalau saya sih nggak tau persis hewan apa saja yang menjadi tokoh jelmaan pada cerita. Itu celotehan Gavin saja.
Ohya... dari loket masuk ke podium tempat acara, kami berjalan agak jauh. Jalurnya menanjak dengan pemandangan dari atas tebing ke bawah laut sebelum sampai di lokasi. Kami sekeluarga lebih nyaman memakai sepatu ketika di sana. Kami pun melewati rimbunan pohon yang banyak monyet. Saya takut monyetnya nyamperin.
Pengunjung harus selalu waspada terhadap barang bawaan atau barang yang dikenaan seperti gelang dan jam tangan. Soalnya monyet-monyetnya memang dekat sekali, di samping kita berjalan. Anginnya kencang, jika membawa anak, ayahbunda sebaiknya membawakan jaket.
Hmm... pingin nonton lagii... Pertunjukkan spektakuler di tempat yang luar biasa. Alhamdulillah. See you again Bali.
#IndonesiaKaya #WonderfulIndonesia #PulauDewata
Love,
deravee