Pada Google Map bernama Chaowai Conventional Market |
[Beijing, 2019/sebelum masa pandemi]
Assalamu'alaikum,
Salam sehat untuk Keluarga Indonesia. Pasar Xia San Tiao begitu nama pasarnya sebut seorang teman asli warga Beijing saat saya tanya waktu itu. Saya memang tidak dapat membaca abjad Mandarin yang tertera di gerbangnya. Pasar ini adalah pasar tempat saya berbelanja kebutuhan dapur sehari-hari.
Lokasinya di subdistrik Chaowai, Chaoyang, Beijing. Hanya berjalan kaki 10 menit untuk mencapai pasar ini dari apartemen. Sebelumnya saya masih berbelanja ke kedai sayur-mayur dekat tempat tinggal yang lama di Yabao Lu. Sampai akhirnya saya ditunjukkan dengan Xiao San Tiao market ini oleh teman dekat saya Mba Diana yang berkata, "Di situ loh pasarnya, deket banget sama apartemen-mu."
Oh iya benar rupanya. Bahkan saya selalu melewati pasar ini setiap pagi setelah kembali dari mengantar Gavin ke sekolah. Kegiatan jual-beli didalamnya memang tidak nampak dari luar karena terdapat tembok tinggi sebagai pembatas.
Bantu terjemahkan ya :) || Jam buka pasar setiap harinya |
Alhamdulillah, senangnya, membuat saya tidak perlu jauh-jauh lagi
berbelanja. Pertama kali saya
menjejakkan kaki di pasar ini masih musim dingin. Berbalut jaket tebal
dan tas belanja saya keluar hunian. Ternyata ramai sekali
pengunjungnya. Banyak dari mereka yang sudah berusia lanjut.
Masing-masing tampak khas dengan mendorong troli belanja.
Saya pun
melewati sepasang gerbang besi. Wah, seperti sebuah lapangan parkir yang dialih-fungsikan menjadi pasar tradisional. Pemandangan yang unik, sekelilingnya adalah gedung-gedung bertingkat. Bagai menemukan oase di antara deretan pencakar langit yang mendominasi suasana kota Beijing. Dengan beratapkan langit biru, hiruk-pikuknya calon pembeli tidak terasa sesak di cuaca bersuhu rendah.
Para pedagang di masing-masing lapaknya mengenakan rompi, baju tebal dan sarung tangan. Buah-buahan cantik nan segar menghampar di hadapan. Layaknya buah-buah impor yang saya jumpai di tanah air, buah-buahan tersebut berukuran jumbo dengan penampilan yang cerah. Betul-betul bikin ngiler.
Baca juga: Ingin Lihat Sakura Jepang, di Cina Juga Ada
Tidak hanya buah-buahan, saya pun disambut dengan sayur-sayuran berukuran extra. Lihat saja kol dan sawi putih pada foto di bawah. Pasar ini memang didominasi dengan penjual sayur dan buah-buahan. Jika saya membutuhkan daging sapi dan ayam, saya biasanya berbelanja di Pasar Sanlintun. Terdapat juga satu dua lapak ikan, tetapi hanya buka sekali-sekali.
Saat hendak berbelanja saya sudah menyiapkan beberapa lembaran Yuan
(mata uang Cina). Bagaimana saya dapat bertransaksi tanpa mampu
berbahasa Mandarin? Pakai bahasa isyarat dong. Saya hanya tunjuk-tunjuk
apa yang mau dibeli dan bapak atau ibu pelapak akan mengetikkan
harganya pada Hp atau kalkulator mereka.
Saya jarang membeli ikan karena harganya cukup mahal |
Setelah saya belajar kalimat "berapa harganya" serta "angka-angka" dalam Bahasa mandarin, pasar inilah yang menjadi ajang uji nyali saya. Rasanya? hepi dong. "Duōshǎo qián?", sama dengan "Berapa harganya?", ucap saya.
Lalu sang penjual pun akan menyebut harganya. Hening beberapa detik, saya butuh waktu untuk mencernanya dulu. Ada yang pengucapannya jelas dan ada yang cepat sekali. Sehingga kadang ujung-ujungnya saya minta dituliskan pakai kalkulator juga. Harga sayur dan buah yang ada di sini cenderung murah. Bahkan beberapa buah-buahan sangat murah sekali.
Baca juga: Dear Beijing, Aku Pamit
Sebetulnya transaksi di pasar ini sudah canggih karena sudah cashless atau tidak memerlukan uang tunai. Cukup membayarnya dengan saldo e-wallet (dompet elektronik) We-chat pay atau Alipay melalui papan-papan barcode yang terletak di tengah-tengah dagangan. Beruntung para penjual masih menerima pembayaran tunai karena saya belum memiliki e-wallet.
Keren deh, belanja bawang merah dan cabai saja bayarnya cukup pakai hp :D. Satu lagi yang membuat saya terkenang akan belanja di pasar di sana saat buah-buahan tertentu melimpah ruah yang menjadi pembeda di setiap musimnya.
Saat musim dingin banyak sekali berbagai jenis jeruk. Ada jenis jeruk yang baru saya coba di sana. Jeruk kecil berukuran sebesar Dukuh yang dapat dimakan sekaligus dengan kulitnya. Katanya buah ini tinggi kandungan Vitamin C-nya. Sangat bagus dikonsumsi ketika musim dingin. Jenis-jenis buah Cherry menjadi penanda datangnya musim semi. Berikut video pendek saya saat belanja bahan takjil saat bulan puasa tahun lalu. Semoga bermanfaat. Wassalam.